Rabu, 31 Januari 2018

“Catatan Kecil Relawan” Bagian 2 : Orientasi, Pra Diksar, dan beberapa Tragedi




“Catatan Kecil Relawan”


Bagian 2 : Orientasi, Pra Diksar, dan beberapa Tragedi J

Minggu Aku ingat hari itu, ketika Aku bertemu dengan 35 orang yang menjadi calon Relawan Rumah Zakat cabang Cirebon diacara Orientasi Calon Relawan yang bertempat di Tanda Barat, Cirebon sebelum Stasiun Kejaksan belakang Masjid At-Taqwa kalo ga tau juga deket Steak Al-Ghiff (pasti pada tau) . Di hari itu pula Aku mengetahui bahwa yang mendaftar menjadi Relawan itu sekitar 60 lebih dan yang lolos seleksi hanya 35 Orang dan Inilah Kita orang-orang pilihan.
Masih terngiyang jargon Relawan Rumah Zakat ditelingaku, itu hari pertama Aku mendengarnya, “RELAWAN!! TETAP SEMANGAT BAHAGIAKAN UMAT ALLAHUAKBAR!” , ada yang nyeletuk Umat aja dibahagiain apa lagi Kamu ?? geerr seisi tempat orientasi tertawa. Dan dihari itu pula Aku mendengar Mars RZ yang menurutku liriknya luar biasa, begini liriknya :
“Dengan tekad yang membaja dihati, tuk mengabdi kepada Ilahi,
mewujudkan masyarakat hakiki, bahagia dunia dan akhirat nanti,
bekerja profesional dan amanah, kan selalu menjadi visi Kami,
penuh semangat tiada kata lelah, kan selalu terukir pada langkah kami,
ketenangan ada saat kewajiban terlaksana,
ketengan ada saat bisa berbagi dengan sesama
ketengan ada saat amanha tertunaikan.”
Dan sampai saat ini Mars tersebut menjadi alarmku yang membangunkanku dipagi hari hehe J.
Setelah mendengar beberapa materi pada saat terakhir, Aku kira langsung dilantik menjadi Relawan ternyata tidak segampang itu, Kita harus mengikuti Diksar di Bandung, dan sebelum Diksar ada Pra Diksar.
Aku harap-harap cemas, takut tak diizinkan untuk pergi kebandung tapi Alhmadulillah setelah memohon setiap hari Aku diizinkan, setiap hari sabtu selama 3 kali yang bertempat distadion Bima. Pra diksar pertama latihan  fisik, pada hal hari itu Aku siangnya habis manasik haji, kaya anak Tk ya tapi memang benar ada mata kuliah bimbingan praktek beribadah yang megharuskan kita untuk mengikutinya kalau tidak, tidak akan mendapatkan sertifikat praktek ibadah, jangan ditanya akibatnya PPL, KKN, SKRIPSI ditangguhkan, kan serem eh jadi curhat back to the Pra Diksar, Latihan fisik mantep sekali setelah kaki pegel-pegel sehabis manasik haji, bayangin habis sa’i, thawaf, dll habis itu latihan fisik lari keliling lapangan Bima, push up, Shit up hehe tapi tetep luar biasa menyenangkan hehe, sebelum maghrib Pra Diksar 1 selesai, Aku teman sekelasku mba lili dan satu teman baru dari CIC teh Cacas jalan dari stadion bima ke jalan raya, sepanjang jalan Kita bertiga mengeluh cape hehe, *pengen jadi relawan kok banyak ngeluh, Adzan Maghrib berkumandang Aku dan Mba lili memutuskan untuk Shalat dimasjid yang Kami temui sebelum sampai jalan raya, dan teh cacas memilih pulang duluan karena Rumahnya jauh dan sudah terlalu sore, setelah Shalat barulah Aku dan Mba lili ingat bahwa kita besok diharuskan membawa 70 batu untuk lempar jumroh manasik haji yang masih berlanjut esok hari, ini bener-bener pengalaman yang tak terlupakan, Aku dan Mba lili mencari Batu dikomplek stadion bima, mungkin semua orang melihat tingkah aneh kita yang mencari dan menghitung batu dipinggir jalan distadion bima, bermodalkan plastik yang kita minta dari penjual yang ada didekat situ kita memungut batu, karena dipastikan jika sampai rumah kita tak akan bisa mencari batu untuk esok, sedangkan esok kita harus berangkat manasik haji pagi-pagi. Oke mba lili Aku tak akan melupakan menacari batu maghrib-maghrib distadion bima. Ahahaha
Pra diksar 2 berlajan dengan lancar sebelum latihan fisik, ada materi P3K dari kakak-kakak yang sekolah  di keperawatan. Bersamaan dengan keberangkatanku Diksar Ke Bandung, kelasku mengadakan acara untuk Rihlah dan Silaturahmi kerumah salah satu teman kelasku, dengan tiga tempat Ziarah Ke Makam Sunan Gunung jati, Rumah Siswanto, dan terakhir pantai karangsong Indramayu. Aku, Mba Lili, Mba Euis, dan Mba Resti mengatakan kalau kita meminta maaf tidak bisa ikut acara kelas kali ini, karena kita akan diksar dibandung, teman-teman kelasku tak menyerah begitu saja, mereka mengganti jadwal hingga acara kelasku dimajukan sebelum jadwalku Diksar. Ketika kita tetep kekeuh tidak bisa ikut. Satu kelas kena omongan dari teman-teman panitia, sebenarnya tak enak jika gara-gara kita berempat yang lain kena, akhirnya aku , mba lili dan mba resti ikut acara tersebut, menysihkan uang yag kita tabung untuk pergi ke bandung, it’s oke gapapa ini untuk meningkatkan rasa kekeluargaan kita didalam kelas, maaf buat teman-teman kelasku Aku sempat tidak mau ikut acara itu. Ini fotonya yang masih tersimpan, foto bersama teman-teman kelasku “DE KOPI”   
   PAI-D sehabis ziarah ke makam sunan gunung jati.
Pra Diksar 3 pun berjalan dengan lancar, selain latihan fisik, pembagian kelompok yang ternyata disebar dengan kota-kota lain yang nantinya akan bertemu dengan teman-teman baru., juga diberitahu cara untuk memasukkan barang-barang yang semuanya persyaratan untuk diksar yang asli buuuaaannnyyyaaakk banget dan rata-rata persyaratannya kaya anak-anak MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam) mau pelantikan, semuanya berbau gunung, asli kalau Om aku bukan pendaki dan ga punya alat-alat buat mendaki dari Carrier sampe lampu yang nemplok dijidat namanya apa lupa hendlamp apa bukan ya ? hehe kayanya aku ga bakal sanggup buat nyewa, apa lagi sampe lima hari pasti mahal banget untung ada Om Akar Rumput Van Daris( Nama om aku kalo lagi digunung). Jadi semua peralatan diksar Aku pinjem semua sama om aku, dibagian ini Sukron Katsiran dah buat om akar hehe.
Carrier wah ini yang selalu dibayangkan gimana bawanya dipunggung dengan isi yang banyak sekali didalamnya yang pasti beratnya ga ketulungan, tapi masih beratan beban idup sih heheh, hari keberangkatan tiba, kumpul dimasjid by pass jam 9 pagi, dari rumah ke masjid tersebut cukup jauh, harus menaiki mobil helep dulu (angkutan umum menuju kampus) aku kekeuh ga mau dianter naik motor, biar aku naik helep aja kesana eh belum apa-apa pas ngegendong itu carrier tangan aku terkilir sakit banget, akhirnya Aku nyerah Aku berangkat ke masjid by pass dianter naik motor, akhirnya sampe di by pass nunggu temen-temen lain sampai jam 10 lanjut otw naik bus ke kota kembang untuk diksar, sebelumnya belum dipakai tuh Carrier ga tau gimana bawa carrier 60 liter dipunggung yang aslinya carrier sama Aku tinggian Carrier hehe.


Pukul 16 entah kurang entah lebih Aku bersama teman-teman Calon Relawan tiba dikantor RZ pusat dibandung yang dekat sekali dengan apa ya intinya kaya Rumah-rumah TNI gitu, dan ketika turun dari Bus hujan menyambut kedatangan Kita 25 orang calon relawan dari Cirebon dengan 4 orang Relawan, dari 35 orang hanya 25 orang yang ikut, itu juga banyak dari Relawan tahun kemarin yang belum Diksar. Masuk kedalam kantor menuju aula dilantai berapa ya dua atau tiga lupa. Sholat maghrib kemudian Shalat Isya yang ada dibalkon gedung tersebut, dinginnya kota bandung mulai menembus kulit, dibalkon tersebut terbuka dan dari situ kita bisa melihat pemandangan kota bandung yang dihiasi cahaya lampu dimalam hari, dari situ Aku dapat menyimpulkan bahwa kita masih ada dikota karena melihat tulisan trans studio bandung yang tak jauh dari kantor RZ tersebut, lalu dimana ranca upas ? tempat kita akan diksar, yang katanya hutan ko ini masih kota pikirku. Setelah shalat isya satu per satu calon relawan dari daerah lain datang, dari bandung, cimahi, indramayu, garut, depok kemudian sebelum acara pembukaan dimulai Aku masuk lagi ke aula teman-teman lain berkata “Widya udah dapet surat wasiat belum ?” dahiku berkerut “Surat wasiat ?, belum “ jawabku, kemudian temanku memberikanku dua lembar kertas, yang masing-masing ada tulisan surat wasiat untuk orang tua dan juga surat wasiat untuk sahabat terdekat, seketika badanku lemas, jantungku berdetak lebbih kencang, dan aku tertunduk disudut ruangan, berfikir keras wasiat apa yang harus aku tulis sebegitu beratnya kah diksar sampai harus menuliskan surat wasiat, apa lagi ketika baca tulisan yang paling bawah “Laailahaailallah muhammadurusulullah, dan aku lupa terusannya intinya Aku ikhlaskan hidupku hanya untuk Allah” tapi setelah selesai menulis ini hatiku lebih tenang Aku tak takut lagi meski seberapa berat pun diksar, dan juga jika harus pulang tinggal nama, Lillahita’ala Aku Ikhlas, semoga ini adalah jalan jihadku.
Petualangan belum dimulai, nantikan bagian 3 Aku akan menceritakan petualanganku bersama kelompok 4, yang Akhwatnya Kuat-kuat, Akhwatnya sehat-sehat, karena sering makan ketupat heheh *itu yel-yel waktu diksar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rindu

                                                                       Rindu Ada rasa yang tak bisa diterjemahkan oleh semua bahasa dan ju...