Jumat, 17 November 2017

“2 JANUARI”




“2 JANUARI”
Oleh : ANAPHALIS JAVANICA
“Hati Seseorang itu bukan halaman kalender, mana mungkin Aku bisa melupakannya hanya karena ini Tahun baru ?”
------Go Jung Won in Jealousy Incarnate------
2 januari menjadi tanggal kenangan, tapi bukan kenangan indah, melainkan kenangan yang menyakitkan, ya bagaimana tidak itu adalah tanggal terakhir Aku dan Kamu bertemu Syah. 5 tahun 2 januari itu berlalu Syah, tapi seperti kemarin semua masih terbayang dipelupuk mata dan terngiyang ditelinga ketika Kau mengucapkan kata perpisahan.
Sering kali Aku mengutuk diriku sendiri yang belum mampu melupakanmu sampai detik ini. Padahal Aku tahu dan sangat tahu Kau pasti sudah melupakanku dan hidup penuh kebahagian bersama dengan Dia.
Sering kali pula Aku berharap Kau menengok kebelakang dan menyadari bahwa masih ada Aku disini, yang masih menatap punggungmu, dan Aku yang masih disini dengan sejuta do’a yang tak pernah luput untuk dirimu.
Jika saja, Aku dapat memutar waktu, Aku akan memilih jalan lain didalam hidpuku agar Aku tak pernah bertemu denganmu, dan tak akan mengenalmu hingga tak ada luka sedalam ini dihati. Namun, Ku sadari pula ini adalah Takdir Sang Kuasa mempertemukan Kita dan memisahkan Kita, karena yang pasti dalam pertemuan adalah perpisahan. Aku juga berterimakasih denganmu karena telah mengajarkan padaku apa itu Bahasa Perasaan.
“Alamsyah....” Lirih hatiku memnaggil Namanya.

♥♥♥
Hujan dibulan januari memang sangat indah, rintiknya membasahi, mengisyaratkan bahwa kenangan tahun lalu untuk segera dihapus dan membuka lembaran baru ditahun baru ini. Seperti biasa Aku mengelilingi toko buku menjelajahi setiap sudutnya untuk menemukan Novel-novel yang menarik untuk dibeli, ditemani dengan orang yang selalu sama Alamsyah yang beberapa bulan terakhir ini dan bahkan sampai nanti akan mengisi relung hati.
“Lita..” Sapa Alamsyah.
“Iya..” Jawabku sambil tersenyum.
“Aku...” Katanya terputus.
“Kamu kenapa ?” Tanyaku padanya.
“Aku bisa bicara sebentar denganmu ?” Tanyanya dengan hati-hati.
Aku menatapnya, Aku tak pernah melihat sorot matanya yang seserius itu.
“Bukannya sekarang juga Kamu sudah berbicara denganku” Jawabku sambil tersenyum mencairkan suasana.
“Aku serius..” Jawabnya dengan sorot mata yang benar-benar serius.
“Ini tanggal berapa ?” Tanyanya padaku.
“Ini baru saja Tahun baru, tanggal 2 januari masa Kamu lupa ?” Tanyaku sambil memilih-milih Novel.
Dia terdiam.
            “Kamu sudah menemukan Novel yang Kamu cari ?” Tanyanya padaku.
            “Sudah..” Jawabku sambil menunjukan Novel yang ada ditanganku.
Aku lihat Dia benar-benar gelisah.
            “Kamu kenapa ?” Tanyaku.
            “Bisa Kita mencari tempat duduk terlebih dahulu sebelum Aku mengatakannya padamu ?” Ucapnya.
Aku mengangguk.
            Setelah menemukan tempat yang pas untuk bicara akhirnya Alamsyah mengatakan segalanya padaku yang membuat hatiku seperti hujan.
            “Lita Ku mohon maafkan Aku..” Katanya membuka pembicaraan.
Aku masih belum mengerti.
            “Mungkin ini adalah hari terakhir Kita bertemu” Ucapnya.
            “Kenapa ?!” Tanyaku.
            “Aku harap Kamu mengerti..” Ucapnya.
            “Apa maksudmu ?, apa salahku ?” Tanyaku lirih.
            “Ini bukan salahmu..” Jawabnya datar.
            “Aku dijodohkan Ta..” Ujarnya lemah.
            “Maksud Kamu apa ?” Tanyaku.
            “Aku tahu ini semua akan terjadi dalam hubungan Kita” Jawabnya.
            “Aku tahu, Aku tidak bisa memilih Perempuan pendamping hidupku sendiri, Ayah-Ibuku dijodohkan, Kakek-Nenekku dijodohkan, Kakak-kakakkku pun menikah dijodohkan, begitupun dengan Aku, Aku sudah dijodohkan sejak Aku duduk dibangku SMA, tepatnya seminggu setelah Aku bertemu denganmu, Aku benar-benar jatuh cinta padamu, Aku pun tahu resiko yang akan Aku dapatkan diakhirnya jika memaksakan menjalin hubungan denganmu...” Ujarnya lirih.
Aku terdiam, menahan Kristal hangat agar tak keluar dari pelupuk mataku.
            “Aku meninggalkanmu ditahun baru, Aku harap Kamu dapat membuka lembaran baru tanpa Namaku dihidupmu” Lanjutnya.
            “Apa maksudmu dengan semua ini ?, kenapa Kamu berani mempermainkan hati Seseorang ?, berarti selama ini Kamu hanya mempermainkan diriku ?” Tanyaku padanya.
            “Bukan itu maksudku..” Ucapnya lirih.
            “Kamu berani menyentuh hatiku, kalau Kamu tahu rintangan yang ada dihadapan hubungan Kita, Kamu harus mampu memperjuangkannya, Kamu harus membuktikan pada orangtuamu bahwa Kamu punya seseorang yang dicintai” Ucapku setengah keras.
            “Aku sudah mengatakan semua itu pada orangtuaku, Ayahku bilang Cinta bisa datang setelah membina Rumah tangga” Katanya datar.
            “Kenapa Kamu tetap memaksakan untuk menyentuh hatiku, jika Kamu tahu akhirnya akan seperti ini ?,  akan menyisakan luka, kenapa ?” Tanyaku.
Dia hanya terdiam.
            “Baik itu keputusanmu, Aku bukan siapa-siapamu, sudah sepatutnya Kamu patuh terhadap perintah Orangtuamu, karena Orangtua pasti tahu yang terbaik untuk anaknya” Ucapku.
            “Maafkan Aku, Aku harap Kamu bisa mengerti Lita, Aku tak bisa menentang keinginan keluargaku, Aku tak bisa mempertahankan hubungan Kita, Lita Ku mohon sekali lagi Maafkan Aku ?” Pintanya padaku.
            “Baiklah Aku Memaafkanmu, yang harus Kamu tahu melupakan Seseorang yang pernah singgah dihati itu, tak semudah membalikan telapak tangan” Jawabku.
Lagi dan lagi Dia hanya terdiam.
            “Sekarang sebaiknya Kamu pergi dari hadapanku, semakin melihat wajahmu, hatiku semakin sakit, hari ini Aku pastikan hari terakhir Kita bertemu” Ujarku.
Dia masih terdiam ditempatnya.
            “Apa Aku yang harus pergi dari hadapanmu ?” Tanyaku sambil berusaha menyembunyikan sedihku.
            “Ku harap Kau tak membenci Tahun Baru dan tanggal 2 Januari” Katanya pelan tapi tetap enggan meninggalkan tempatnya.
            “Baik kalau begitu Aku yang pergi” Ujarku.
Sedetik kemudian Aku berlari dari tempat itu, menembus Hujan yang sangat deras, biarlah Aku menangis dalam Hujan, agar tak ada orang yang tahu bahwa Aku menangis. Aku mendengar teriyakan Namaku yang keluar dari bibir Alamsyah, tapi Aku tak menghiraukannya, Aku pun melihat Dia mengejarku. Namun, Aku terus berlari dan masuk kedalam Bus, Aku benar-benar tak ingin lagi berurusan dengan Alamsyah.
“Lihatlah Lita, Alampun seperti menggambarkan Perasaanmu, Hujan deras seperti Air matamu yang keluar, dan mendung pekat seperti hatimu” Ucapku dalam hati sembari memandang Hujan dari balik kaca Bus.
♥♥♥
Hari ini tepat 2 Januari yang Ke 5, Aku masih belum mampu melupakannya atau sekedar membuka pintu hati untuk yang lain. Aku berjanji, ini adalah Tahun terakhirku menyimpan luka tanggal 2 Januari. Esok lusa Aku tak akan lagi mengenang semua masa indah bersama Alamsyah lagi atau sekedar mengingat luka yang telah Ia torehkan dihatiku.
Mulai hari ini Aku akan mencoba membuka pintu hatiku untuk yang lain, dan melupakan Alamsyah. Jika Aku masih menaruh kata “Andai Aku tak pernah bertemu dengannya....” sama saja Aku menyalahi Takdir Tuhan. Biarkan semuanya menjadi Ibrah dalam hidupku.
Hari ini pula dengan ditemani rintik Hujan tanggal 2 Januari Aku menutup Kenanganku dengan Alamsyah. Dan mencoba membuka lembaran baru tanpa ada setitikpun Nama Alamsyah.
“Semoga Kamu selalu bahagia Alamsyah....”
------SELESAI------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rindu

                                                                       Rindu Ada rasa yang tak bisa diterjemahkan oleh semua bahasa dan ju...